Advertisement
Upaya Menjaga Kualitas Biji Kakao Nglanggeran Terganggu Tengkulak

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Nglanggeran menyampaikan bahwa saat ini sedang marak praktik tebus biji kakao basah dengan harga tinggi di Kapanewon Patuk oleh tengkulak. Praktik ini menurunkan penjualan produk olahan kakao dan mengobrak-abrik keseragaman kualitas kakao.
Ketua BUMDes Nglanggeran, Ahmad Nasrodin mengatakan kenaikan harga biji kakao di dunia memunculkan praktik jual-beli biji kakao berkualitas rendah dengan harga tinggi. Hal ini mengacaukan penyeragaman kualitas.
Advertisement
“Saya sempat ke Kapanewon Ponjong, situasi di sana sama juga [praktik tengkulak]. Tengkulak ini beli biji kakao tidak berkualitas. Kadar air masih tinggi, tapi berani beli Rp100.000 per kilogram. Petani ya tergiur,” kata Nasrodin dihubungi, Senin, (26/8).
Nasrodin menambahkan ada sekitar sepuluh tengkulak yang rutin berkeliling ke rumah-rumah petani kakao di Kalurahan Nglanggeran. Antar-tengkulak pun, kata dia juga bersaing ihwal harga beli.
Dia menegaskan pasokan biji kakao di beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dikelola BUMDes Nglanggeran seperti Griya Cokelat dan Omah Kakao menjadi terganggu. Meski begitu, BUMDes terus mengupayakan ketersediaan stok produk.
BACA JUGA: Produksi Kakao di Gunungkidul Belum Optimal
Situasi yang menjadi persoalan ini juga telah mereka bahas di tingkat kelompok tani. Hanya, persoalan tengkulak masih belum menemui jalan keluarnya. “Kalau kami juga beli harga kakao basah Rp100.000 per kilogram ya namanya bunuh diri,” katanya.
Padahal, 3 kg biji kakao basah apabila dikeringkan dalam proses fermentasi, bobotnya menyusut menjadi 1 kg. Artinya, BUMDes perlu mengeluarkan sekitar Rp300.000 hanya untuk mendapat 1 kg biji kakao kering. Adapun harga biji kakao kering per kg dihargai Rp135.000.
BUMDes Nglanggeran telah menetapkan standar minimal tingkat kekeringan biji kakao sebesar 7% kandungan air. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga kualitas biji dan produk olahan kakao.
Nasrodin mengaku mendapat informasi dari para tengkulak bahwa mereka menjual biji kakao basah tersebut langsung ke pabrik. Hanya, mereka tidak menyampaikan pabrik yang dimaksud.
Dia lantas mempertanyakan pengolahan biji tersebut oleh perusahaan, termasuk harga beli yang mereka tawarkan ke tengkulak. “Kami tidak bisa membendung para tengkulak itu,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Viral Grup Inses Fantasi Sedarah, Pembahasan dan Pengesahan RUU Ketahanan Keluarga Diminta Disegerakan
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- DIY Targetkan Bebas Malaria Juni 2025, Perang Terhadap DBD Terus Digencarkan
- Kasus Obesitas Melonjak, Dinkes Bantul Klaim Efek Skrining dan Gaya Hidup Tak Sehat
- Pelaksanaan Hari Pertama ASPD SD/MI di Bantul Diklaim Lancar
- Respons Bupati Terkait Kasus Perusakan Makam di Bantul, Halim: Nggak Ngerti Ajaran Agama
- Lama Bersekolah di Gunungkidul Masih Setara Kelas 1 SMP, Pemkab Luncurkan Geni Seko Gunung untuk Pacu Pendidikan
Advertisement